"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selamanya selama berpegang teguh dengan keduanya, Kitabullah dan Sunnah" (HR. Malik)

oleh: Abu Ihsan Al-Atsari

Satu hal yang menodai bulan Ramadhan adalah bermunculannya amalan-amalan bid’ah yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum muslimin. Karena sudah turun temurun dilakukan merekapun menganggap baik bid’ah tersebut. Itulah sebabnya setan lebih menyukai bid’ah daripada maksiat. Khususnya di bulan Ramadhan ini, salah satu cara setan untuk menghalangi kebaikan di bulan ini adalah menebar amalan-amalan bid’ah. Para pelaku bid’ah itu merasa mereka lebih dekat kepada Allah, padahal mereka semakin jauh dari-Nya. Yang sangat menyedihkan adalah amalan-amalan bid’ah ini justru menjamur di bulan Ramadhan!

Dalam kajian kali ini kami coba membahas beberapa amalan bid’ah yang sering dilakukan oleh kaum muslimin. Semoga mereka dapat meninggalkan dan bertaubat darinya. Kami mencupliknya dari kitab Mu’jamul Bida’ karangan Raa-id bin Shabri bin Abi ‘Alfah dan kitab Al-Bida’ Al-Hauliyah karangan Abdullah bin Abdul Aziz bin Ahmad At-Tuweijeri serta beberapa referensi lainnya.

1. Bid’ah punggahan.
Yakni makan-makan atau kenduri di masjid atau surau satu hari menjelang Ramadhan. Di beberapa tempat masyarakat berbondong-bondong membawa makanan beraneka ragam untuk kenduri di masjid menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kenduri seperti ini disebut punggahan. Hal ini tidak ada contohnya dari Rasulullah, para Sahabat maupun Salafus Shalih.

2. Bid’ah pesta ru’yah.
Yaitu berkeliling kota atau desa menyambut malam pertama bulan Ramadhan sebagaimana biasa dilakukan oleh pengikut-pengikut tarikat dan orang awam. Silakan lihat kitab Al-Ibdaa’ fi Madhaar Al-Ibtidaa’ karangan Syeikh Ali Mahfuzh.

3. Bid’ah hisab.
Yakni menentukan awal Ramadhan dengan perhitungan hisab. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa telah menegaskan bahwa cara seperti itu adalah bid’ah dalam agama. Silakan lihat Majmu’ Fatawa (XXV/179-183).

4. Mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya.
Perbuatan seperti itu merupakan kedurhakaan terhadap Rasulullah Shallallahu álaihi wa Sallam. Rasulullah melarang mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi yang bertepatan dengan hari puasanya. Silakan lihat kitab Al-Ibdaa’ fi Madhaar Al-Ibtidaa’ karangan Syeikh Ali Mahfuzh.

5. Menyewa qari untuk menjadi imam shalat tarawih di bulan Ramadhan.
Perbuatan ini termasuk bid’ah makruh, silakan lihat kitab As-Sunan wal Mubtada’aat (161) dan kitab Bida’ Al-Qurra’ karangan Muhammad Musa (42).

6. Bid’ah imsak sebelum fajar di bulan Ramadhan.
Silakan lihat kitab Tamaamul Minnah karangan Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (415).

7. Bid’ah tashir.
Yakni membangunkan orang untuk sahur dengan berteriak: Sahur….sahur. Perbuatan seperti ini tidak ada contohnya di zaman Rasulullah dan tidak pula diperintahkan oleh beliau. Dan tidak pula dilakukan oleh para sahabat dan tabi’in.
Di negeri Mesir, para muadzdzin menyerukan lewat menara masjid: Sahur… sahur… makan…. minum…., kemudian membaca firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu bershiyam sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. 2:183)
Di negeri Iskandariyah, Yaman dan Marokko, orang-orang membangunkan sahur dengan mengetuk pintu-pintu rumah seraya meneriakkan: Sahur….sahur….bangun….bangun.
Di negeri Syam lebih parah lagi, mereka membangunkan sahur dengan membunyikan alat musik, bernyanyi, menari dan bermain.
Tidak ketinggalan di Indonesia, berbagai macam cara dilakukan oleh orang-orang awam. Ada yang keliling kampung sambil teriak-teriak: Sahur….sahur. Di sebagian daerah dengan membunyikan musik lewat mikrofon masjid atau dengan membunyikan tape dan membawanya keliling kampung, ada yang membunyikan mercon atau meriam bambu, dan lain sebagainya.
Semua itu adalah perbuatan bid’ah.

8. Bid’ah shalat tarawih setelah shalat Maghrib.
Bid’ah ini umumnya dilakukan oleh kaum Rafidhah. Sebab mereka mengingkari shalat tarawih bahkan membencinya. Menurut mereka shalat tarawih itu bid’ah yang diada-adakan oleh Umar Radhiyallahu ánhu.

9. Bid’ah shalat Al-Qadar.
Yakni mengerjakan shalat dua rakaat berjama’ah setelah shalat tarawih, kemudian di penghujung malam mereka mengerjakan shalat seratus rakaat di malam yang mereka yakini sebagai malam Lailatul Qadar, karena itulah mereka menamakannya shalat Al-Qadar.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakannya sebagai amalan bid’ah berdasarkan kesepatakan para ulama. Silakan lihat dalam kitab Majmu’ Fatawa (XXIII/122).

10. Bid’ah mengumpulkan ayat-ayat berisi doa dan membacanya di rakaat terakhir shalat tarawih setelah membaca surat An-Naas. Silakan lihat kitab Al-Baa’its karangan Abu Syaamah (halaman 84).

11. Bid’ah perayaan malam khatam Al-Qurán.
Yakni berdoa dengan suara keras secara berjama’ah atau sendiri-sendiri setelah mengkhatamkan Al-Qurán.

12. Bid’ah perayaan Nuzul Al-Qurán.
Perayaan ini dilakukan setiap tanggal tujuh belas Ramadhan. Perayaan ini dan perayaan-perayaan lain sejenisnya seperti maulid nabi, isra’ mi’raj dan tahun baru Islam merupakan perbuatan bid’ah yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu álaihi wa Sallam dan tidak pernah dilakukan oleh para sahabat sepeninggal beliau.

13. Bid’ah perayaan mengenang perang Badar.
Salah satu perayaan bid’ah yang diada-adakan oleh manusia adalah peringatan perang Badar pada malam ke tujuh belas Ramadhan. Orang-orang awam dan yang mengaku pintar berkumpul di masjid pada malam itu. Perayaan dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qurán kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kisah perang Badar.

14. Menunda azan Maghrib di bulan Ramadhan dengan alasan untuk kehati-hatian.
Hal ini bertentangan dengan petunjuk nabi yang memerintahkan umatnya agar segera berbuka begitu bulatan matahari telah tenggelam di ufuk barat.

15. Berziarah kubur menjelang Ramadhan dan sesudahnya. Perbuatan seperti ini banyak dilakukan oleh kaum muslimin di Indonesia. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang membumbuinya dengan perbuatan-perbuatan bid’ah atau bahkan syirik. Berziarah kubur memang dianjurkan untuk mengingat Akhirat, namun mengkhususkannya pada waktu-waktu tertentu merupakan bid’ah dalam agama. Rasulullah tidak menganjurkan waktu-waktu tertentu untuk berziarah kubur.

16. Menyalakan lilin di depan rumah dan kembang api pada malam dua puluh tujuh Ramadhan.
Sebagian orang melakukannya dengan keyakinan bahwa para malaikat akan menyinggahi rumah yang dipasangi lilin. Perbuatan seperti itu jelas bid’ah dan mirip seperti perbuatan orang-orang Nasrani merayakan natal atau tahun baru, wal iyadzu billah minad dhalal.

17. Bid’ah megengan.
Yakni kenduri di rumah-rumah yang dilakukan pada malam-malam ganjil sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Bid’ah ini banyak dilakukan di kampung-kampung di pulau Jawa.

18. Bid’ah wadaa’ Ramadhan.
Salah satu bid’ah yang diada-adakan di bulan Ramadhan adalah bid’ah wadaa’ (perpisahan) Ramadhan. Yakni lima malam atau tiga malam terakhir di bulan Ramadhan para muadzdzin dan wakil-wakilnya berkumpul, setelah imam mengucapkan salam pada shalat witir, mereka melantunkan syair-syair berisi kesedihan mereka dengan kepergian bulan Ramadhan. Syair ini dilantunkan secara bergantian tanpa putus dengan suara keras. Tujuannya untuk mengumumkan kepada masyarakat bahwa malam ini adalah malam perpisahan bulan Ramadhan.

19. Bid’ah takbiran dan memukul beduq di malam ‘Iedul Fithri.
Menurut sunnah nabi takbiran dimulai ketika keluar dari rumah menuju lapangan Shalat ‘Ied.

20. Bid’ah dzikir berjama’ah dengan suara keras disela-sela shalat tarawih. Silakan lihat kitab Al-Madkhal karangan Ibnul Haaj (II/293-294).

21. Demikian pula ucapan muadzdzin sebelum memulai shalat tarawih atau disela-sela shalat tarawih: “Shalatut taraawih rahimakumullah”.

22. Bid’ah melafalkan niat: “Nawaitu shauma ghadin….”
Tidak ada satupun riwayat dari sahabat maupun tabi’in yang menyebutkan bahwa mereka melafalkan niat puasa seperti ini.

23. Bid’ah tahwiithah.
Yaitu doa di akhir jum’at di bulan Ramadhan yang diucapkan oleh khatib di atas mimbar.

24. Bid’ah memilih-milih masjid untuk shalat tarawih di bulan Ramadhan, hingga terkadang harus bersafar karenanya. Rasulullah Shallallahu álaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk shalat di masjid yang terdekat dengan kita dan melarang memilih-milih masjid.

25. Bid’ah hafizhah.
Yakni surat sakti yang ditulis oleh khatib di akhir jum’at pada bulan Ramadhan, sebagian orang jahil meyakini surat sakti ini dapat menjaga mereka dari bahaya kebakaran, banjir, pencurian dan musibah lainnya.

26. Membaca surat Al-An’am (pada rakaat terakhir shalat tarawih di malam kedua puluh tujuh Ramadhan).

27. Bid’ah shalat khatam Al-Qurán pada bulan Ramadhan dengan melakukan seluruh sujud tilawah dalam satu rakaat.

28. Mengada-adakan gerakan ataupun ucapan dalam shalat tarawih yang tidak ada tuntunannya dalam sunnah. Sebagai contoh ucapan sebagian orang di beberapa negeri Islam: “Shallu yaa Hadhdhaar ‘Alan Nabi” atau ucapan: “Ash-Shalaatul Qiyam Atsabakumullah”. Demikian pula takbir dan tahlil setiap selesai dua rakaat, membaca shalawat nabi, menyuarakan tabligh (penyampaian suara) diantara mereka dengan suara keras. Dan perbuatan-perbuatan bid’ah, sesat dan mungkar lainnya yang mesti ditinggalkan karena sangat mengganggu orang yang sedang beribadah di rumah Allah.

29. Meniru-niru bacaan para qari’.
Hampir mirip dengan kesalahan di atas adalah meniru-niru bacaan sejumlah qari’ sebagaimana banyak dilakukan oleh orang-orang sekarang. Kadang memaksakan diri meniru bacaannya. Sehingga yang menjadi tujuannya hanyalah mengelokkan suara, menarik perhatian orang kepadanya, mengatur alat pengeras suara dan sound system untuk menarik jama’ah shalat.

30. Membaca doa khatam al-qurán dalam shalat tarawih.
Sebagian imam ada yang berlebihan dalam masalah ini. Mereka sengaja menyusun doa-doa dengan irama tertentu, mengikuti sajak, berusaha menangis atau memaksakan diri menangis dan khusyuk serta merubah-rubah suara dengan cara yang tidak pantas menjadi contoh dalam membaca Al-Qurán.

Demikianlah beberapa bid’ah yang dapat kami rangkum dalam kesempatan kali ini. Sebenarnya masih banyak lagi bentuk-bentuk bid’ah lainnya yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu di sini. Hendaknya kaum muslimin dapat menghindari amalan-amalan bid’ah tersebut agar bulan Ramadhan yang suci ini tidak ternodai dengannya.

[Disampaikan oleh Abu Ihsan Al-Atsary pada acara Kajian Islam dengan Tema Bedah Bid’ah Seputar Ramadhan pada hari Rabu 13 Oktober 2004 di Mushalla FISIP USU]

Comments on: "Bid’ah-bid’ah di Bulan Ramadhan" (17)

  1. "pengikut Muhammad" said:

    Ass, maaf, saya agak terganggu dengan kalimat membangunkan sahur adalah bid`ah. memang semasa rasul Allah tidak pernah ada seperti itu, tetapi adakah hadits atau hukum yang melarangnya? bukankah amar ma`ruf adalah pahala?. Selama itu tidak ada mudharatnya bukankah menurut imam yang empat adalah boleh (mubah—hukum minimal). Memang jaman Rasul Allah kebanyakan umat sangat kuat, hingga tidak perlu dibangunkan mereka sudah bangun atas dasar iman yang sangat kuat. Bandingkan dengan umat sekarang yang lemah, baik iman maupun fisik.pertanyaan saya apakah adalah perbuatan mengada ngada dan dosa jika membangunkan sahur? tolong berikan dalilnya, syukron jaazilaah. Wss

    Wa’alaikumsalam

    afwan akhi tolong salamnya jangan disingkat ya..(artinya kan jadi negative), antumkan pengikut muhammad, tulislah salam dengan baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Begini akhi, sahur itu merupakan salah satu rangkaian dari ibadah puasa dan bagian dari sunnah di bulan ramadhan, dan sunnah ini menurut ulama akidah adalah sesuatu yang apabila ditinggalkan dengan sengaja atau kita meyakininya tidak perlu maka akan celaka. Bahkan pembeda puasanya kita dengan ahli kitab adalah sahur sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits:

    Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur” [Hadits Riwayat Muslim 1096]

    Maka manakala kita mengabaikan sahur dengan alasan kita tetap kuat tanpa sahur, maka kita tidak menyelisihi ahli kitab, padahal perintah menyelisihi ahli kitab dalam segala hal itu banyak.

    Bagaimana Rasulullah mengajak para sahabat sahur ketika itu,beliau hanya berbicara kepada mereka dan mereka (para sahabat) tidak ada yang menerima perintah untuk saling membangunkan apalagi dengan teriak-teriak dan membunyikan alat musik. Lihatlah bagaimana Rasulullah cukup bersabda dengan hadits berikut ini:

    Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah” [Hadits Riwayat Bukhari 4/120, Muslim 1095 dari Anas]

    Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air”[Ibnu Hibban no.884, Abu Ya’la 3340]

    Sesungguhnya makan sahur adalah barakah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan'” [Hadits Riwayat Nasa’i 4/145 dan Ahmad 5/270 sanadnya SHAHIH]

    Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu” [Ibnu Abi Syaibah 3/8, Ahmad 3/367, Abu Ya’la 3/438, Al-Bazzar 1/465]

    Ini semua adalah perintah (amr) dari beliau alaihi sholatu wa sallam, dan setiap perintah beliau ini konsekuensinya mengandung ibadah, karena Allah dan para malaikatpun bersholawat kepada mereka yang sahur, maka dalam menjalankan serangkaian ibadah (apalagi puasa ibadah wajib salah satu rukun islam sebagaimana sholat) maka harus ada tuntunan bakunya dari Rasulullah. Bukan menanyakan dalil larangannya, justru yang ditanya seharusnya dalil disyariatkannya membangunkan sahur, sebagaimana adzan (memanggil sholat)

    Ketika beliau memerintahkan para sahabat untuk sholat beliau memutuskan untuk memanggilnya dengan adzan bukan dengan terompet dan lonceng…walupun sebagian sahabat mengusulkan demikian. Seandainya dahulu tidak ada perintah adzan, apakah kita sekarang akan berani memutuskan cara-cara memanggil sholat sesuai dengan selera kita?

    Kalau sekiranya memanggil sahur dengan teriak-teriak dan nyanian itu disyariatkan dan dianggap baik oleh beliau tentulah para sahabat setelah beliau akan mengamalkannya terlebih dahulu. Dan bagaimana mungkin antum mengatakan hal tersebut sebagai amar ma’ruf, padahal tak satu sahabatpun melakukannya. Padahal mereka adalah generasi yang paling cepat, paling baik dalam merespon kebaikan dan memberantas kemungkaran.

    Kemudian argument antum yang mengatakan jaman dahulu orangnya kuat sehingga mereka dengan mudah bangun tanpa dibangunkan..ini sangat lemah dan tidak berdasar, bukankah dahulu orang-orang jompo sudah banyak, pengemis yang berkeliaran sekitar masjid Nabawi cukup banyak..anak-anak juga cukup banyak..wanita cukup banyak. Justeru sebaliknyalah jaman sekarang manusia itu kuat-kuat, makanan lebih banyak variannya, gizinya cukup, sarana olahraga tersedia dimana-mana dan yang terakhir mereka saat ini kuat melek.. artinya ketika nonton bola dini hari dia tidak minta dibangunkan oleh teriakan dan nyanyian atau pukulan gendang dari luar rumah. Cukup memasang weker, tidak ada masalah. Mengapa untuk tujuan ibadah kepada Allah, yang dijanjikan akan Allah balas sendir,i kita mengada-adakan sesuatu yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw?

    Demikian akhi, mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.

    Wassalamu’alaikum

  2. Al Mahmud Al Mabruro said:

    Assalamu’alaikum

    jika kita lihat bahwa apa yang anda utarakan terlihat sekali bahwa ada pemaksaan tentang bagaimana menjalankan Islam dengan baik. Namun pada dasarnya Islam bukanlah agama yang menyulitkan umatnya untuk beribadah. apalagi di wilayah, waktu, ruang lingkup SDA yang berbeda dengan Jaman Rasulullah SAW. Penerapan Islam tidak harus serta merta dilaksanakan dengan kaku.
    Ada kalanya kita umat islam memberikan wawasan yang lugas, apik, indah agar umat-umat non muslim dapat mengikuti Islam bahkan ber syahadat untuk menjadi muslim.

    Wallahualam..

    Wassalamu’alaikum.

    • Wa’alaykumsalam

      Justeru karena islam itu agama mudah maka sunnah Rasulullah adalah sangat cocok dengan kita. Sunnah beliaulah yang membuat mudah, karena itu memperaktekkan sunnah itu sangat dianjurkan. Yang bid’ah justeru seluruhnya mempersulit kita, dan membebani umat. Silahkan bapak cek sendiri. Bid’ah lebih menguras tenaga kita padahal kita sudah dicukupkan dengan sunnah Nabi, lebih mudah mana melakukan yang 30 hal di atas tadi atau meninggalkannya? tentu menurut kami lebih mudah meninggalkannya dari pada mengamalkannya yang belum tentu mendapat pahala. bahkan bisa mendapatkan dosa, karena menambah-nambah perkara baru dalam agama. Inilah kemudahan islam di atas sunnah. Sunnah telah mencukupi kita dalm beribadah, tidak ada kebaikan yang ada dalam islam melainkan telah dijelaskan semuanya oleh Rasulullah.

      Wallahu a’lam

  3. said al-khatabi said:

    Assalamu’alaikum.

    pada dasarnya kita semua punya dasar masing2 yang semuanya di rujuk kepada hadist dari Rasulullah beserta pemahaman para ahli.
    pemaksaan pada setiap kebenaran tidak akan membawa banyak manfaat.
    kenapa tidak mencontoh semuanya sekalian?
    secara lemah lembut dan penuh pengertian. klo hal-hal yang bukan Nass kita perselisihkan hingga berbenturan dimana faedahnya???
    kenapa kita tidak bersatu aja menghancurkan kekuatan yang ingin menghancurkan kita???
    kenapa kita masih berkutat pada perselisihan mahdzab dan firqoh????
    cari aja yang sama kemudian kita bersatu. dari pada nyari bedanya yang menyebabkan kita hancur???
    maaf dan terima kasih

  4. said al-khatabi said:

    Assalamu’alaikum.

    pada dasarnya kita semua punya dasar masing2 yang semuanya di rujuk kepada hadist dari Rasulullah beserta pemahaman para ahli.
    pemaksaan pada setiap kebenaran tidak akan membawa banyak manfaat.
    kenapa tidak mencontoh semuanya sekalian?
    secara lemah lembut dan penuh pengertian. klo hal-hal yang bukan Nass kita perselisihkan hingga berbenturan dimana faedahnya???
    kenapa kita tidak bersatu aja menghancurkan kekuatan yang ingin menghancurkan kita???
    kenapa kita masih berkutat pada perselisihan mahdzab dan firqoh????
    cari aja yang sama kemudian kita bersatu. dari pada nyari bedanya yang menyebabkan kita hancur???
    maaf dan terima kasih

    wassalam.

    • Afwan kita tidak ada sedikitpun niat utk memaksa mengikuti pendapat yang kita sampaikan, kita hanya menyampaikan yang haq menurut pendapat ulama, silahkan anda renungkan.

  5. Sandi Nugraha said:

    Assalamualaikum

    Inilah yang sesalkan, mengapa kita saling adu argumen tentang bid`ah apa tidaknya, yang penting antum punya perpestif jangan memaksakan kepada umat, apa salahnya membangun orang untuk sahur, apakah didalam ada ke dzaliman, semua yang kita lakukan tergantung dengan niatnya, kita membangunkan orang sahur dengan niat mengingatkan sesama muslim, antum punya pendapat saya terima cuman pendapat orang itu berbeda, contoh dalam menilai suatu barang pasti akan banyak pendapat yang timbul, nah perbedaan ini jangan jadi perselisihan yang akan meninbulkan perpecahan umat, biarkan perbedaan menjadi karamah, karena kebenaran itu hanya milik ALLAH SWT

  6. @al akh Sandi Nugraha

    Pernyataan antum tentang ‘apa salahnya’ akan sangat berakibat fatal jika dibiasakan dalam menilai suatu amalan. Karena landasan suatu amal itu shahih adalah Al Qur’an dan Hadits Nabi serta praktek para sahabat. Kebaikan yang menurut kita, belum tentu menjadi kebaikan menurut mereka. Sehingga disinilah kita perlunya tawadhu’ (rendah hati) untuk melihat apa yang mereka praktekan. Tidak mungkin ada kebaikan yang baru diketahui sekarang yang dulunya tidak diketahui oleh para sahabat nabi, apalagi berkaitan dengan ibadah shaum dan sahur. Subhanallah. Satu hal lagi bahwa sarat amal diterima sebagai amal shalih bukanlah terletak pada niat semata. Akan tetapi selain niat yang ikhlas juga amal tersebut harus showab atau benar yakni mengikuti petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana di dalam Tafsir surat Al Mulk ayat 2 (silahkan dibuka).

    Semoga antum mendapatkan pencerahan dari penjelasan ini. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

    Wallahu a’lam

  7. assalamualaikum wr. wb

    mas saya dulu aktif di blog tpi skarang tidak bisa kirim jawaban ke email saya gk

    Saya sangat setujut dengan pendapat mas yang punya blog

    Karena belum tentu apa yang kita anggap baik sebetulnya baik untuk kita, itu ada di Al Qur’an kan mas

    nah ini dya masalahnya, saya ketemu ini mas, coba mas cek webnya saya kasih linknya

    http://muslimah.or.id/manhaj/yang-bukan-bidah.html

    di sana di jelaskan bahwa ada perbedaan antara bid’ah dan adat.

    nah saya mencari pengertian adat di kamus besar bahasa indonesia ini mas

    wujud gagasan kebudayaan yg terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yg satu dng lainnya berkaitan menjadi suatu sistem

    trus bener dong kalau membangunkan orang sahur adalah adat kita dan menjadi ciri khas hehe

    saya jadi ragu nih mas

    tolong bantu yah mas agar iman saya tebal terhadap bid ah

    email saya ini mas

    alwafi.haris@gmail.com

  8. assalamua’laikum. Maaf nimbrung, kalau amaliah kita harus persis seperti jaman nabi dan apabila tidak persis disebut bid’ah sehingga dosa, maka sholat kita diatas sajadah dan karpet itu bidah, adzan menggunakan mikrofon dan loud speaker itu bidah, makan menggunakan sendok itu bidah, menutup kepala dengan kopiah (termasuk sarung dan atau celana panjang dll) ketika sholat itu bidah, menggunakan penerangan listrik dimasjid itu bidah, apalagi ya? Buanyak sekali hal yang bahkan mungkin sampai hal2 yg kita tidak bisa menghindarinya juga adalah bidah, bidah dan bidah. Jika demikian, jujur saya bertanya apakah setiap saat kita bergelimang menambah dosa2 hanya karena kita melakukan hal yg tidak persis sama dengan jaman nabi? Sementara jaman selalu berubah dan berkembang? Andai islam memang harus demikian, saya kira islam menjadi jumud, terbelakang, tertinggal dan terisolir dari dunia itu sendiri. Admin menyampaikan risalah (baca: dakwah) tentang bidah ini menggunakan sarana blog di internet, inipun bid’ah karena hal yang demikian tidak pernah dilakukan nabi dan para sahabat, andai inipun dianggap dosa karena bidah, maka apakah admin juga menyadari bahwa anda telah dan sedang menambah dosa2??? Saya sendiri berpendapat tidaklah demikian, entah kalau menurut admin. Wassalamua’laikum.

    • bid’ah yang berkaitan dengan agama yang diharamkan, sedangkan dalam urusan dunia tidak mengapa. seperti yang anda sebutkan: mikrofon, sajadah, sendok, listrik dsb. semua itu sarana agar kita bisa hidup lebih baik, sesuai perkembangan jaman. sedangkan masalah agama tidak butuh tambahan atau inovasi karena sudah sempurna sejak jaman Nabi. silahkan buka surat al Maidah ayat 3. Wallahu a’lam

  9. Nb: Namun saya setuju, bahwa merubah, mengurangi dan atau menambah nambahi sst dalam ibadah yang ketentuanya sudah fix diatur oleh nabi SAW seperti dalam hal sholat, puasa dll. adalah benar2 bid’ah yg terlarang, tertolak dan haram hukumnya. Demikian.

  10. Nb: andai kita setuju bahwa tidak mengapa islam menjadi jumud, terbelakang dan terisolir dari dunia, lalu bagaimana mungkin islam bisa menjadi rahmatan lil a’lamiin dalam kehidupan dunia ini??? Tolong beri saya pencerahan…..

    • Dengan menegakkan sunnah dan menjauhi bid’ah pada hakikatnya menjauhkan kita dari kejumudan dalam beragama. Para sahabat nabi adalah orang-orang yang terbaik dipilihkan Allah untuk mendampingi perjuangan dakwah nabi. Mereka menjalankan sunnah dan menjauhkan bid’ah tanpa menjadi jumud. Bahkan dunia tunduk dihadapan mereka setelah wafatnya Nabi.. Wallahu a’lam

  11. jangan suka mengkafirkan orang islam said:

    assalamualaikum, pada ngaji yang bener ya. jangan cuma beli buku terus di artiin sendiri. mentang2 bukunya bahasa indonesia

    • antum sendiri sudah hafal kitab apa saja, monggo dishare ilmunya. siapa tahu bisa kami ambil manfaatnya.

  12. kalau bacaanya qori’ yang diikutinya (tajwid dan makhrajnya) bagus..ya gak apa2lah mencontoh yang baik dari pada membaca dengan cepat tanpa jedah penyebutanya ga jelas tajwidnya acak acakan didengar ga enak,. gimana mau khusyu shalatnya’

Tinggalkan Balasan ke siddiq Batalkan balasan